Sahabat-AI Diluncurkan: Kecerdasan Buatan Lokal, Tapi Otaknya Masih "Anak India"?

PT. Gojek Tokopedia (GoTo) dan Indosat Ooredoo Hutchison baru saja meluncurkan proyek ambisius mereka dalam dunia AI lokal: sebuah model kecerdasan buatan bernama Sahabat-AI. Katanya, ini adalah AI yang bisa berbicara dalam Bahasa Indonesia, empat bahasa daerah (Jawa, Sunda, Bali, dan Batak), serta beberapa bahasa internasional.
Tapi ironisnya, peluncuran ini justru menimbulkan tanda tanya di kalangan netizen yang makin melek teknologi:
"Lokal katanya, tapi kenapa otaknya tetap outsourcing ke luar negeri?"
Karena kalau kita jujur—bukankah ini hanya versi lain dari tren AI sebelumnya, di mana 90% "kecerdasannya" berasal dari server asing dan tenaga Anak India yang tahu cara utak-atik model?
"Kecerdasan Lokal", Tapi Pakai Template Global?
Dalam sambutannya, Direktur Utama GoTo, Patrick Walujo, menyebut bahwa Sahabat-AI punya kemampuan penalaran canggih dan bisa menjawab pertanyaan sesuai konteks budaya lokal. Tapi kita tahu, klaim seperti ini sudah berkali-kali terdengar, dari banyak proyek AI lain yang ujung-ujungnya hanyalah fine-tuning dari model yang tidak dikembangkan di Indonesia.
Proyek Nasional, Eksekusi Global?
Proyek ini pertama dikenalkan saat acara Indonesia AI Day November 2024 lalu — dan sejak itu, publik sudah mulai skeptis:
Apakah ini langkah maju untuk teknologi lokal, atau hanya branding "produk lokal rasa luar"?
Meskipun kita boleh bangga ada bahasa daerah yang didukung, tapi jangan sampai kebanggaan hanya berhenti di tampilan, sementara sistem utamanya tetap remote-controlled oleh pihak luar.
Kesimpulan: Sahabat-AI mungkin "berbahasa lokal", tapi cara kerjanya masih sangat asing. Dan untuk kesekian kalinya, kecerdasan buatan di Indonesia masih lebih mirip CBA — "Cuma Branding Aja."